Rabu, 18 Mei 2011

Jiwa-Jiwa yang patah

Mungkin ada secuil kebahagiaan ketika kehampaan setia kucacah di ujung luka yang belum mengering. Hampa yang mengendus nelangsa dan selalu berakhir dalam genangan kecewa yang memuja sia-sia. Mengais pilunya hati tanpa tahu ke mana mesti mencari.

Tergopoh dibilas sedu sedan tangis yang ingin segera kubasuh dengan senyum merona. Melibas pahit yang kautinggalkan, menelaah hati baru yang mungkin datang menjelang.

Siapa tahu di suatu masa, kutemukan setitik cinta bersemi tanpa tanda tanya. Datang dengan lugunya, menawarkan terang dibalik gelap yang mendekapku dalam titik hitam yang memanjang.

Setidaknya aku masih punya mimpi yang coba kuwujudkan dalam damba, meski hanya menempias pada getar ilusi belaka.

Semoga....

----

Seperti menikam diri sendiri tanpa sakit menjerit. Kutelan pedih karena mencintai dirimu yang hanya meninggalkan serpihan lara. Kaupagutkan hatimu pada orang lain ketika kata setia kujaga di atas pengharapan satu-satunya. Tiada ingin kuakhirkan jejak cintaku selain kepadamu. Tapi kini segalanya telah cukup. Selama ini kau hanya memberiku mimpi belaka, lain tidak. Aku pergi karena terlalu mencintaimu, itulah akhirnya. Biarlah rasa kupendam mati. Dan jangan kau pernah bertanya meski ada ruang untuk kembali. Aku yang memulakan, aku juga yang harus meniadakan. Dari tiada menjadi ada, dari ada menjadi tiada. Meski jerit sakitku tak berbuah tangis, jiwaku merapal duka yang meraja di atas bahagiamu.

Selamat tinggal!

Moammar Emka


Then, if only meaning of goodbye as easy as saying goodbye.

Sayangnya setelah bertahun-tahun pun masih terasa miris..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar