Senin, 30 Mei 2011

so obsessed

Jika kali ini, kalau aku mesti harus menjawab pertanyaan mereka lagi, yang mereka tanyakan lebih dari berkali-kali itu, jawabannya tetap, “Aku tidak tahu.”

Apa ada yang salah dengan system kerja otakku, apa ada sekrup yang tidak beres dihatiku----apapun itu aku.pikir jawabannya sendiri tidak kumengerti.

Tapi, tidak ada yang pernah tahu ‘sedekat’ apa kami sebenarnya. I’m close to him. So much. Melebihi apa yang ada dialur kenyataan sebenarnya.

Didalam dunia yang lain, ketika aku bisa menjadi apa yang aku inginkan. Dia ada, dan hanya dia.

Tidak pernah tahu apakah ini hanya semacam formula jangka pendek tapi kadang melenyapkan ekspektasi lebih baik dibanding sok tahu atau mengklaim aku terobsesi parah pada orang ini. Aku hanya menikmatinya, memimpikannya, dan aku bahagia.

Tidak sampai…. tidak sampai….

Jumat, 20 Mei 2011

Kamu

siapa yang tidak menginginkanmu?

siapa yang tidak pernah memimpikan bisa mendampingimu?

akupun juga.

walaupun aku memilih untuk tidak menunjukkannya.

kupikir kau sudah lelah dengan sanjungan.

karena itulah aku tidak menyanjungmu.

aku lebih memilih menjadi diriku untuk membiarkanmu menilai.

karena hidup kita seringkali di warnai perasaan palsu.

apa yang terlihat kadangkala tidaklah sama dengan apa yang belum terlihat.

aku lebih memilih melihatmu dari apa yang belum terlihat untuk membiarkanku berpikir.

karena hidup kita seringkali di temani ambisi.

apa yang kita pikir kita rasakan kadangkala tidak sama dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam hati.

benar, bahwa aku mengagumimu.

benar, bahwa aku terus mengikuti kabar tentangmu.

dan itu menjadikanku lebih mengenal diriku.

aku mengenal diriku melalui dirimu..


by: kak Arya

Rabu, 18 Mei 2011

Jiwa-Jiwa yang patah

Mungkin ada secuil kebahagiaan ketika kehampaan setia kucacah di ujung luka yang belum mengering. Hampa yang mengendus nelangsa dan selalu berakhir dalam genangan kecewa yang memuja sia-sia. Mengais pilunya hati tanpa tahu ke mana mesti mencari.

Tergopoh dibilas sedu sedan tangis yang ingin segera kubasuh dengan senyum merona. Melibas pahit yang kautinggalkan, menelaah hati baru yang mungkin datang menjelang.

Siapa tahu di suatu masa, kutemukan setitik cinta bersemi tanpa tanda tanya. Datang dengan lugunya, menawarkan terang dibalik gelap yang mendekapku dalam titik hitam yang memanjang.

Setidaknya aku masih punya mimpi yang coba kuwujudkan dalam damba, meski hanya menempias pada getar ilusi belaka.

Semoga....

----

Seperti menikam diri sendiri tanpa sakit menjerit. Kutelan pedih karena mencintai dirimu yang hanya meninggalkan serpihan lara. Kaupagutkan hatimu pada orang lain ketika kata setia kujaga di atas pengharapan satu-satunya. Tiada ingin kuakhirkan jejak cintaku selain kepadamu. Tapi kini segalanya telah cukup. Selama ini kau hanya memberiku mimpi belaka, lain tidak. Aku pergi karena terlalu mencintaimu, itulah akhirnya. Biarlah rasa kupendam mati. Dan jangan kau pernah bertanya meski ada ruang untuk kembali. Aku yang memulakan, aku juga yang harus meniadakan. Dari tiada menjadi ada, dari ada menjadi tiada. Meski jerit sakitku tak berbuah tangis, jiwaku merapal duka yang meraja di atas bahagiamu.

Selamat tinggal!

Moammar Emka


Then, if only meaning of goodbye as easy as saying goodbye.

Sayangnya setelah bertahun-tahun pun masih terasa miris..

Minggu, 15 Mei 2011

Omong Kosong: Masuk sekolah Kedokteran, masa depan dijamin mapan

Setiap tahunnya sekitar bulan Maret sampai dengan Agustus adalah masa dimana calon lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat menentukan arah tujuan hidupnya, kemanakah saya setelah lulus SMA?. Kerjakah? Kalau kerja saya kerja dimana?, Nikahkah? Kalau nikah saya nikah dengan siapa?, atau Kuliahkah? Tapi kalau kuliah saya kuliah dimana? Itulah yang saya dan teman-teman saya rasakan ketika hendak ‘melepas’ seragam kebanggaan para ABG yakni seragam putih abu-abu.

Masa-masa seperti inilah adalah masa yang perlu dilakukan bimbingan dan pendekatan khusus, tentunya bagi mereka yang merasa kebingungan kemana saya harus melangkah? Jangan sampai salah kaprah atau salah pilih jalan hidup sebab masa ini adalah masa yang menentukan nasib seseorang dan nasib bangsa ini kedepannya. Orang tua, Guru, dan teman dekat merupakan sumber referensi yang sangat mereka harapkan, jadi ketiga peran inilah yang harus sebijak mungkin memberikan referensi (bukan memaksakan) apa yang cocok untuk mereka pilih.

Untuk urusan kerja dan nikah mungkin seseorang juga bisa menentukannya sendiri-sendiri sesuai pilihan hati mereka, tapi yang paling krusial adalah membimbing dan mengarahkan mereka ketika mereka akan memilih kuliah (dimana atau jurusan apa saya harus kuliah?) ini yang membuat mereka bingung dan perlu kita ketahui bersama, bahwa kebingungan yang tanpa bimbingan tersebut akan membuat seseorang salah memilih jurusan salah memilih tempat mereka kuliah, dan akhirnya ketika mereka sudah kuliah di suatu tempat, katakanlah tempat “X” mereka akan menyadari bahwa tempat “X” ini bukanlah tempat kuliah yang cocok untuk mereka, dan permasalahan tidak akan berhenti sampai disana, permasalahan seperti itu biasanya akan mengikuti pada masa-masa kuliah terutama semester-semester awal, terkadang mahasiswa yang salah memilih jurusan tersebut akan mengalami hambatan misalnya saja hambatan secara akedemis, nilai-nilai akademis yang akan ia peroleh pastinya tidak akan seperti yang diharapakan sebab secara psikologis orang yang belajar akan sesuatu hal yang mana hal tersebut adalah hal yang tidak disenangi maka minat seseorang untuk mempelajarinya itu akan kecil sekali (low motivation) berbeda dengan orang yang menyenangi sesulit apapun mata kuliahnya atau sesulit apapu yang mereka pelajari, pasti mereka semangat dalam mempelajari sebab bagi mereka saat mempelajarinya serasa bermain dan menyenangkan.

Maka dari itu dalam memilih program studi/jurusan kuliah, sangat disarankan bagi siswa yang hendak melanjutkan ke perguruan tinggi pilihlah program studi/jurusan yang sesuai dengan potensi minat dan bakat anda, hal ini bisa dikonsultasikan dengan Guru BK misalnya ataupun Psikolog karena mereka biasanya lebih mengerti. Hal yang perlu diwaspadai dalam memilih jurusan kuliah adalah paradigma sepit atau paradigma kuno yang mengatakan “pilih kuliah yang masa depannya cemerlang terutama dari segi finansial atau pendapatan” memang pendapat ini tidak ada salahnya karena kita belajar atau kita kuliah toh ujung-ujungnya kita untuk mencari penghasilan. Tapi perlu kita ketahui bahwa orang sukses bukan karena profesinya akan tetapi karena dirinya sendiri, sangat percuma misalnya kita menjadi seorang guru dengan gaji Rp. 5.000.000/bulan akan tetapi kita hanya sebatas nama jadi guru tapi kita tidak mampu membuat murid cerdas, tidak sedikit sekarang orang yang jadi guru tapi berbicara di depan kelas saja GGM (gemetar, gugup, malu) mau mengerti bagaimana murid-muridnya? mau dibawa kemana masa depan pendidikan Indonesia?. Meskipun gajinya Rp. 5.000.000/bulan percuma karena guru yang sukses bukanlah guru yang kaya dengan gaji-gajinya, akan tetapi guru sukses adalah guru yang bisa menjadi pelita dalam kegelapan bagi murid-muridnya atau guru yang bisa menjadi embun penyejuk disaat murid-muridnya kehausan.

Satu lagi paradigma yang kuno, yaitu anggapan bahwa ketika seseorang masuk Fakultas Kedokteran/Fakultas Kedokteran Gigi dijamin masa depannya akan cemerlang (dari segi finansialnya). hahahahaha…. ijinkanlah saya tertawa sebelum saya meneruskan membahas masalah ini dan silahkan anda juga tertawa mendengar paradigma kuno seperti ini! Entah mengapa saat ini Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi seperti menjadi fakultas impian banyak orang calon mahasiswa maupun orang tuanya, ya mungkin saja karena paradigma kuno tersebutlah yang menjadi alasannya. Menurut penuturan dr. Iqbal Mochtar, MPH. (2009) dalam bukunya yang berjudul “Dokter Juga Manusia” mengemukakan bahwa sebuai survei menunjukan lebih dari sepertiga anak-anak dan remaja bercita-cita menjadi dokter. Banyak rumor yang mengatakan Universitas “X” ada jalur khususnya masuk FK/FKG dijamin masuk asal mampu bayar Rp. 500 juta, akibat pemberitaan buruk seperti inilah yang menyebabkan orang tua dari mereka yang rela menggadaikan atau menjual apapun, bahkan sampai meghalalkan segala cara demi memasukan anaknya ke sekolah kedokteran.

Saya heran sekali uang ratusan juta direlakan begitu saja, dengan harapan anaknya jadi dokter dan setelah setelah jadi dokter anaknya bisa jadi kaya, dalam arti uang ratusan juta yang dulu pas masuk sekolah kedokteran dapat kembali lagi. Omong kosong!!!! Saya tegaskan kalau masuk sekolah kedokteran masa depan dijamin mapan, bayangkan saja ketika orang tua ngasih duit ratusan juta buat sekolah anaknya itu mereka harus menunggu 5-6 Tahun lagi untuk melihat anaknya jadi dokter itupun kalau anaknya rajin, ya kalau anaknya biasa-biasa saja kapan lulusnya?? Terus apakah ketika lulus jadi dokter akan langsung kaya? Sekali lagi Omong kosong!!! Kalau ada yang mengatakan lulus langsung kaya. Seorang dokter/dokter gigi baru (fresh graduate)jangankan untuk mendapatkan kembali uang ratusan juta untuk modal praktek membeli alat ini itu saja perlu lagi uang yang tak sedikit, misalnya saja untuk membuka praktek dokter gigi standarnya harus memiliki kursi gigi(dental chair) itu harganya saja sekitar 10 juta keatas. Dan untuk mendapat ratusan juta itu perlu mendapatkan pasien yang banyak, kemudian untuk dapat pasien yang banyak sungguh tidak mudah dan takan bisa dalam waktu yang cepat, perlu adanya kepercayaan nah meraih kepercayaan saja susahnya minta ampun karena pasien sekarang lebih kritis. Jadi kapan uang yang ratusan juta itu kembali?

Menurut saran saya, sebaiknya anda tidak melihat profesi dokter/dokter gigi hanya dari satu perspektif saja, mungkin yang anda lihat adalah sisi kehidupan para Dokter senior yang sudah berkerja dan mengabdi puluhan tahun, tentunya sudah punya nama, dan memang itu hal yang sangat wajar dari segi finansial dikategorikan mapan. Disisi lain yang perlu anda lihat adalah tidak sedikit dokter yang mengalami keadaan finansial yang memprihatinkan, hal ini sangat memungkinkan akan menjadi beban mental dan menciptakan paradigma sempit misalnya saja “Orang tua saya telah menyekolahkan saya beratus-ratus juta, jumlah pasien di klinik pribadi saya banyak tapi mengapa pendapatan saya kecil? Apakah saya harus menaikan tarif?” tidak sedikit dokter ataupun dokter gigi yang sekarang ini mempunyai pola pikir seperti itu, disaat rakyat kecil menjerit kesakitan karena tak mampu untuk berobat para dokter yang notabene adalah pelayan masyarakat, malah dengan gampangnya menaikan tarif pengobatan pasien. Semua ini terjadi akibat paradigma awalnya yang salah ketika ia hendak masuk sekolah Kedokteran yang menganggap jadi dokter pasti kaya dan uang ratusan juta itupun akan kembali lagi setelah praktik, sehingga dalam pola pikirnya sudah tertanam bagaimana caranya uang itu kembali kembali, kembali, dan kembali sehingga saya menjadi kaya, kaya, kaya, dan kaya.

Sejatinya profesi dokter baik itu dokter umum maupun dokter gigi bahkan dokter spesialis sekalipun adalah berfungsi sebagai pengabdi serta pelayan masyarakat, toh kalau ada dokter dapat imbalan, kemudian menjadi kaya secara finansial, hendaknya itu disikapi sebagai timbal balik dari kerja dokter yang telah membantu pasien mencapai kesembuhan, seperti yang tertuang dalam sumpah dokter yang berbunyi “Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan”, dan perlu anda ketahui di sumpah dokter tidak ada bunyi “Saya akan bekerja untuk mendapatkan keuntungan”.

Berbeda dengan pembisnis, kalau pembisnis sudah jelas orientasi mereka adalah mendapat keuntungan. Dan memang benar kalau pembisnis sukses adalah pembisnis yang mendapat keuntungan besar, terus guru yang sukses seperti yang tadi saya katakan adalah guru yang bisa mengajari muridnya dengan baik sehingga muridnya pintar bukan guru yang kaya raya, nah begitupun dokter yang sukses adalah dokter yang dapat membantu pasieunnya mencapai kesembuhan bukan dokter yang kaya raya.

Jadi kalau orientasi anda kaya raya jangan masuk ke sekolah Kedokteran, masuk saja ke jurusan pembisnis atau langsung saja investasikan uang ratusan juta anda untuk berbisnis tanpa harus menunggu lama 5-6 tahun, tanpa menunggu jadi dokter uang ratusan juta tersebut akan berkembang. Dan bagi anda termasuk saya sendiri yang sudah masuk di sekolah Kedokteran atau anda yang sudah jadi dokter, bukannya anda tidak boleh kaya! Kita semua harus kaya, kita semua punya tanggung jawab untuk kita menafkahi sekarang atau nanti. Tapi kita yang akan atau sudah menjadi dokter orientasi kita tetap untuk pengabdian, jangan takut miskin dengan niat mengabdi, justru dengan kerja kita yang tulus biasanya kerjanya akan semakin baik, dan semakin baik anda bekerja semakin banyak pasien yang anda bantu, maka masalah finansial akan datang sendiri tidak usah kita kejar, bahkan dengan kerja tulus dan kerja baik kita biarkan uang mengejar kita.

Masih teringat jelas ketika semester awal saya mengikuti perkuliahan di Kedokteran Gigi, topik kuliahnya adalah pelayanan prima dan yang menjadi narasumbernya adalah salah satu dosen/dokter senior yakni dr. Mambodyanto Sumoprawiro, SH., MMR. dan memang secara finansial beliau dikategorikan sebagai orang yang mapan. Saya sangat terinspirasi sekali mendengar ceritanya, dokter senior yang merupakan mantan direktur Rumah Sakit Margono Soekarjo (RSMS) Purwokerto ini menegaskan “Ketika awal-awal saya menjadi dokter banyak sekali kasus-kasus yang saya tangani dan setelah saya tangani sang pasien mengeluhkan tidak ada biaya, bukan menjadi masalah bagi saya sebab niat saya adalah menolong. Luar biasa ternyata meskipun banyak pasien yang berobat gratis kepada saya, tetapi saya sekarang tidak bangkrut, justru sebaliknya saya mempunyai sodara dimana-mana”. Semoga anda juga terinspirasi dengan kisah yang dialami beliau.

Rangkuman dari permasalahan kali ini yang saya bahas, sangat omong kosong sekali kalau jadi dokter itu dijamin mapan! Karena mapan atau tidaknya seseorang bukan ditentukan dari profesinya, melainkan dari seseorangnya itu sendiri. lebih baik kita berprofesi dan berpenghasilan biasa-biasa saja artinya mencukupi, akan tetapi kita menguasai serta mencintai profesi kita itu dan hasilnya pun akan maksimal. Daripada memaksakan bekerja pada bidang yang tidak kita kuasai, tidak kita cintai. Pepatah mengatakan “Lebih baik menjadi sebutir intan diantara kumpulan pasir, daripada menjadi batu sungai diantara tumpukan emas”

from : http://kamarkosan.wordpress.com/2011/05/08/omong-kosong-masuk-sekolah-kedokteran-masa-depan-dijamin-mapan/#more-636

Sabtu, 14 Mei 2011

Kepada Kamu, Cinta yang Terlupa

Begitu cepat malam beringsut. Anganku ingin menjemput bayangmu ketika pagi turun dengan tetes embunnya. Aku terisap pada wajahmu yang meninggalkan wangi disetiap waktu. Selalu saja begitu. Sepertinya aku memang tak bisa menyingkirkan kesetiaanku. Mencintaimu dengan napas terengah dan kepala tengadah menghimpun doa:

“Tuhan, aku selalu ingin menghabiskan setiap detik bersamanya”

Siapa lagi kalau bukan engkau, yang di mataku tak pernah basi. Seperti pagi yang selalu memberikan benderang untuk bumi. Setelah malam membabi buta menenggelamkannya dalam gelap.

Setelah semua makin jelas di mataku, aku juga belum beranjak pegi. Meski mungkin tidak sedahsyat awalnya, kaki belum juga surut mengharapmu.Apakah ini sebuah kebodohan? Barangkali, iya. Tapi peduli apa? Bisa mencintaimu sudah cukup bagiku. Kalaupun penantianku harus terlunta-lunta, dan akhirnya tak juga menemui titik muaranya, biarlah itu aku anggap sebagai batu ujian yang harus aku lewati. Tak penting apakah aku lulus atau diam di tempat. Yang pasti, aku telah melakukan apa yang seharusnya, bukan apa yang aku reka-reka.

Mungkin aku ini memang bodoh. Menunggu cinta semu dengan damba seribu dan dibalut kesendirian. Setiap waktu yang berlalu adalah bait-bait kesendirian dan penantian yang terus melilit.

“Aku akan selalu kembali untuk mendamba cintamu,” ucapku lirih dalam hati.

kalau boleh diibaratkan, aku seperti:

“Menggembara begitu jauh, dari timur ke barat. Seribu batu terlampaui. Kakiku menjejak jagad raya milik Tuhan; lautannya, tanah lumpurnya, permukaan curamnya, dan juga barisan bukit terjal untuk mencari dirimu…”

“Cintaku sama seperti tumbuhan dalam kayu. Cintaku seperti batu kekal,” yakinku.

Kalau sampai hari ini aku masih juga berharap kau akan datang dengan cintamu untukku, itu semua karena aku memang masih menunggumu. Ini di luar batas logika, atau malah di luar batas nalar biasa. Tapi biar saja, aku melakukannya sampai kaki dan hatiku benar-benar tak mau lagi berpihak.

“Detak yang menjepit detik. Ketuk yang mematuk hampa. Bergulat tiada, mengalir air mata dan melebur dalam duka. Tangis ini karena tak kuasa, tangis ini jadi pertanda. Ada cinta yang tak terlupa.”


- Moammar Emka

Senin, 09 Mei 2011

Ludwig Angina


1. Definisi

Ludwig's angina, dikenal sebagai ludovici angina, adalah, penyakit selulitis serius dan berpotensi mengancam nyawa. Penyakit ini menginfeksi jaringan ikat dasar mulut, biasanya terjadi pada orang dewasa bersamaan dengan infeksi pada gigi. Ludwig’s angina pertama kali ditemukan dokter dari Jerman, Wilhelm Friedrich von Ludwig pada tahun 1836. Penyakit ini juga dikenal sebagai "Angina Maligna" dan "Morbus Strangularis".

Kata "angina" berasal dari bahasa Yunani kata ankhon , yang berarti "mencekik", maka dalam hal ini, mengacu pada perasaan mencekik, bukan rasa nyeri dada seperti angina perctoris, meskipun mungkin dapat menyebabkan rasa sakit pada dada pada jika infeksi Ludwig’s angina menyebar ke ruang retrosternal.1

Ludwig’s angina ditandai dengan keterlibatan bilateral ruang submandibularis dan sublingualis, serta ruang submentalis.2 Kondisi ini jarang terjadi pada anak-anak.3


2. Etiologi1,2

Penyebabnya biasa akibat infeksi bakteri, terutama bakteri streptococcus. Tapi, sejak munculnya antibiotik, Ludwig’s angina telah menjadi penyakit langka. Penyebab paling sering dari penyakit ini adalah infeksi pada periapikal atau periodontal gigi geligi rahang bawah (seperti abses gigi).

Pada kebanyakan kasus terjadi karena infeksi pada gigi molar ketiga mandibula atau dari perikoronitis , yang merupakan infeksi pada gusi sekitar gigi molar ketiga mandibula yang erupsi sebagian. Dan biasanya meluas pada pasien yang immunokompromis.

Ludwig's angina dapat juga dikaitkan dengan tindikan pada daerah frenulum lingualis.

3. Gambaran Klinis2

Penderita Ludwig’s angina mengalami kesulitan berat dalam menelan,berbicara dan bernafas, hipersalivasi, malaise, dan demam tinggi.

Terjadi pembengkakan pada leher, bilateral ruang submandibularis dan pada keadaan parah ruang submentalis juga terlibat. Penderita juga merasa sakit dalam durasi yang lama, tanpa fluktuasi yang jelas karena nanah yang terlokalisasi jauh di dalam jaringan sublingualis. Hal ini menyebabkan edema yang menyakitkan pada dasar mulut dan lidah. Sepertiga lidah terangkat ke langit-langit, sedangkan bagian anteriornya keluar mulut, sehingga terjadi pembengkakan epiglotis posterior, dan mengakibatkan gangguan pada

saluran napas.

1. Penatalaksanaan

Pemeriksaan leher dan kepala menunjukkan kemerahan dan pembengkakan pada leher atas, bawah dagu. Pembengkakan dapat mencapai dasar mulut. Lidah bisa bengkak atau keluar dari tempatnya.

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan CT scan pada leher dan foto radiografi. Pemeriksaan kultur cairan dari jaringan akan menunjukkan adanya bakteri.3

Types of tooth crowns

Gold vs. porcelain dental crowns

What type of dental crown ("tooth cap") should you have made?

Dental crowns (also known as "dental caps" or "tooth caps") can be made from metal (gold or other metal alloys), ceramic materials (such as porcelain), or a combination of both. The information on this page explains some of the advantages and disadvantages of each of these various types of dental crowns, but in general you should rely on your dentist's judgment and advice as to which of these types of crowns would be most appropriate for your situation.

All metal dental crowns. / "Gold" dental crowns

A gold dental crown.Some dental crowns are made entirely of metal. The classic metal dental crown is one made of gold, or more precisely a gold alloy. Over the decades a variety of different metal alloys have been used in making dental crowns. Some of these metals are silver in color rather than yellow like gold.

Having a gold dental crown made can be an excellent choice. Here are some reasons why:

  1. Because of its physical properties, dentists find gold to be a very workable metal. This characteristic helps a dentist to be able to achieve a very precise fit with the crown.
  2. Since they are metal through and through, gold crowns withstand biting and chewing forces well. They will not chip. It would be uncharacteristic for a gold crown to break. Of all of the types of dental crowns, gold crowns probably have the greatest potential for lasting the longest.
  3. Although they are very strong, the wear rate of a gold crown is about the same as tooth enamel. This means that a gold dental crown won't create excessive wear on the teeth it opposes (the teeth it bites against).

Metal dental crowns are usually placed on those teeth that are not overly visible when a person smiles (i.e., molars). If you are considering a gold crown take our advice on this point, before you give your dentist the go ahead on making the crown check with your spouse first. They're the one who will be looking at your smile and your new dental crown the most.

Dental crowns that will show prominently when you smile are usually made of porcelain (dental ceramic) or else will have a veneer of porcelain on their surface (i.e., porcelain-fused-to-metal crowns), so they have a white color like the rest of your teeth.

Full-porcelain dental crowns

Some dental crowns are fabricated in a manner where their full thickness is porcelain (dental ceramic). These crowns can possess a translucency that makes them the most cosmetically pleasing of all of the different types of dental crowns.

Although they can be very life like in appearance, the overall strength of all-porcelain dental crowns is less than other types of crowns. While they can be a good choice for front teeth, due to the hefty chewing and biting forces that humans can generate, all-porcelain dental crowns may not be the best choice for back teeth. Your dentist's judgement will be required on this point.

Porcelain-fused-to-metal dental crowns

A porcelain-fused-to-metal dental crown.Porcelain-fused-to-metal dental crowns are somewhat of a hybrid between metal crowns and porcelain crowns. When they are made the dental technician first makes a shell of metal that fits over the tooth. A veneering of porcelain is then fused over this metal (in a high heat oven), giving the crown a white tooth-like appearance. Depending on the requirements of your situation, these crowns are sometimes made where the porcelain veneer only covers those aspects of the crown that is readily visible (meaning the other portions of the crown have a metal surface). In other cases these crowns are pretty much fully surfaced with porcelain.

Porcelain-fused-to-metal dental crowns can be a good choice for either front or back teeth. These crowns are strong enough to withstand heavy biting pressures and at the same time can have an excellent cosmetic appearance. There are some disadvantages associated with porcelain-fused-to-metal crowns however (which no doubt your dentist will try to minimize as much as is possible). They are:

  1. While the cosmetic appearance of these crowns can be excellent, they often are not as pleasing aesthetically as all-porcelain dental crowns.
  2. The crown's porcelain can chip or break off.
  3. The porcelain surface of the crown can create wear (sometimes this wear is significant) on those teeth that it bites against.

    Gum recession allows the dark edge the dental crown to show.
  4. The metal that lies underneath a crown's porcelain layer can sometimes be visualized as a dark line found right at the crown's edge. A dentist will usually try to position this dark edge just underneath the tooth's gum line but if a person's gums recede this dark line can show, thus spoiling the crown's appearance.

Sumber

www.animated-teeth.com

Selasa, 03 Mei 2011

Marriagable



Semalem sukses tidur cuma dua jam demi ngabisin novel ini. Sebenernya si just so-so, tapi ntah kenapa gw penasaran banget sama endingnya. Gw udah tau pasti bakal happy ending, tapi gw penasaran abis gimana si Flory nyelesain masalah yang sebenernya gak penting banget.

Konflik di novel ini pure sama konflik batin tokoh utamanya. Gara-gara hasil observasi di lapangan tentang kehidupan rumah tangga itu gak bikin dia ngerasa nyaman. Jadi dia lebih prefer buat gak nikah. Tapi kan reality kehidupan gimana. kayak di buku Test Pack karyanya Ninit Yunita, orang-orang disekeliling kita (tawon berdengung) pasti sibuk nanyain. Pas masih kuliah "kapan lulus?" pas udah kerja "kapan nikah?" pas udah nikah "kapan punya anak?" pas udah punya anak satu "kapan anaknya dikasih dedek?" and so on..
Makanya dia mutusin buat nikah sama jodoh yang disodorin nyokabnya. Datuk Maringgi vs. Siti Nurbaya Modern :p

Is it weird?

Honestly gw gak tau. cos gw blom berasa diposisi itu :D sekarang masih pada tahap pertanyaan peryama "kapan lulus?" And sometimes it feels weirdo. Soalnya berasa masih jauh bangeet.. Astafirulloh, ya Allah smoga saya bisa cpeet jadi dokter gigi. amiiinn..

Emang kadang bener2 ada mind trick di otak kita. yang sebenernya malah membatasi kita buat ngelakuin sesuatu. Padahalkan kalo orang laen bisa kenapa kita enggak.
In my oppinion, yah jalani saja hidup itu kayak orang "normal" biasanya, asking God for our best by praying, then being independent - confident - honest! kita harus berusaha buat ngebuktiin, gw bisa kok jadi lebih baik dari elo! don't undrestimate me.. mungkin gitu ya harusnya :D Yang paling penting ya kita harus jujur, gak boleh muna apalagi gengsi. Jadi kita bener2 tau apa yang kita mau :D
Smoga ntar ending crita kita bisa kayak novel ini yang so sweet banget, cuma gara2 sebuah kejujuran! :D

so be honest, be confident, be independent :D